TENTANG KABUPATEN BREBES


TENTANG KABUPATEN BREBES
dikutip dari Wikipedia bebas,
mohon maaf bila pada kenyataanya barangkali ternyata ada perbedaan pendapat


1. SEJARAH

Ada beberapa pendapat mengenai asal usul nama Brebes. Salah satu pendapat menyatakan bahwa nama Brebes berasal dari kata "Bara" dan "Basah", bara berarti hamparan tanah luas dan basah berarti banyak mengandung air. Keduanya cocok dengan keadaan daerah Brebes yang merupakan dataran luas yang berair. Karena perkataan bara di ucapkan bere sedangkan basah di ucapkan besah maka untuk mudahnya di ucapkan Brebes. Dalam Bahasa Jawa perkataan Brebes atau mbrebes berarti tansah metu banyune yang berarti selalu keluar airnya.

Nama Brebes muncul sejak zaman Mataram. Kota ini berderet dengan kota-kota tepi pantai lainnya seperti Pekalongan, Pemalang, dan Tegal. Brebes pada saat itu merupakan bagian dari wilayah Kabupaten Tegal.

Pada tanggal 17 Januari 1678 di Jepara diadakan pertemuan Adipati Kerajaan Mataram se Jawa Tengah, termasuk Arya Martalaya, Adipati Tegal dan Arya Martapura, Adipati Jepara. Karena tidak setuju dengan acara penandatanganan naskah kerjasama antara Amangkurat Admiral dengan Belanda terutama dalam menumpas pemberontakan Trunajaya dengan imbalan tanah-tanah milik Kerajaan Mataram, maka terjadi perang tanding antara kedua adipati tersebut. Peristiwa berdarah ini merupakan awal mula terjadinya Kabupaten Brebes dengan Bupati berwenang .Sehari setelah peristiwa berdarah tersebut yaitu tanggal 18 Januari 1678, Sri Amangkurat II yang berada di Jepara mengangkat beberapa Adipati/ Bupati sebagai pengagganti Adipati-adipati yang gugur. Untuk kabupaten Brebes di jadikan kabupaten mandiri dengan adipati Arya Suralaya yang merupakan adik dari Arya Martalaya. Pengangkatan Arya Suralaya sekaligus titimangsa pemecahan Kadipaten Tegal menjadi dua bagian yaitu Timur tetap disebut Kadipaten Tegal dan bagian barat di sebut Kabupaten Brebes.

2. LETAK GEOGRAFIS

A. GAMBARAN UMUM

Kabupaten Brebes terletak di bagian Utara paling Barat Provinsi Jawa Tengah, di antara koordinat 108° 41'37,7" - 109° 11'28,92" Bujur Timur dan 6° 44'56'5" - 7° 20'51,48 Lintang Selatan dan berbatasan langsung dengan wilayah Provinsi Jawa Barat. Penduduk Kabupaten Brebes mayoritas menggunakan bahasa Jawa yang yang mempunyai ciri khas yang tidak dimiliki oleh daerah lain, biasanya disebut dengan Bahasa Jawa Brebes. Namun terdapat Kenyataan pula bahwa sebagian penduduk Kabupaten Brebes juga bertutur dalam bahasa Sunda dan banyak nama tempat yang dinamai dengan bahasa Sunda menunjukan bahwa pada masa lalu wilayah ini adalah bagian dari wilayah Sunda. Daerah yang masyarakatnya sebagian besar menggunakan bahasa Sunda atau biasa disebut dengan Bahasa Sunda Brebes, adalah meliputi Kecamatan Salem, Banjarharjo,dan Bantarkawung, dan sebagian lagi ada di beberapa desa di Kecamatan Losari, Tanjung, Kersana, Ketanggungan dan Larangan.

Berdasarkan naskah kuno primer Bujangga Manik (yang menceriterakan perjalanan Prabu Bujangga Manik, seorang pendeta Hindu Sunda yang mengunjungi tempat-tempat suci agama Hindu di pulau Jawa dan Bali pada awal abad ke-16), yang saat ini disimpan pada Perpustakaan Boedlian, Oxford University, Inggris sejak tahun 1627, batas Kerajaan Sunda di sebelah timur adalah Ci Pamali (sekarang disebut sebagai Kali Brebes atau Kali Pemali yang melintasi pusat kota Brebes) dan Ci Serayu (yang saat ini disebut Kali Serayu) di Provinsi Jawa Tengah.

Ibukota kabupaten Brebes terletak di bagian timur laut wilayah kabupaten. Kota Brebes bersebelahan dengan Kota Tegal, sehingga kedua kota ini dapat dikatakan "menyatu".

Brebes merupakan kabupaten yang cukup luas di Provinsi Jawa Tengah. Sebagian besar wilayahnya adalah dataran rendah. Bagian barat daya merupakan dataran tinggi (dengan puncaknya Gunung Pojoktiga dan Gunung Kumbang), sedangkan bagian tenggara terdapat pegunungan yang merupakan bagian dari Gunung Slamet.

Dengan iklim tropis, curah hujan rata-rata 18,94 mm per bulan. Kondisi itu menjadikan kawasan tesebut sangat potensial untuk pengembangan produk pertanian seperti tanaman padi, hortikultura, perkebunan, perikanan, peternakan dan sebagainya.



B. Karakteristik wilayah pantai

Pantai yang berada di Kabupaten Brebes merupakan tempat bermuaranya sungai besar dan kecil yang menyebabkan daerah pantainya makin bertambah ke arah laut (prograding). Pantai di Brebes dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis pantai, yaitu: pantai delta (Delta Losari dan Pemali), pantai teluk (Teluk Bangsri) dan pantai lurus (Randusanga). Berdasarkan tingkat perkembangan atau penambahan daerah pantainya, pantai delta mengalami perubahan paling dinamis, diikuti oleh pantai teluk kemudian oleh pantai lurus.

Pembagian zonasi pantai terdiri dari bagian barat mulai dari Losari (Prapag Kidul dan Prapag Lor), Teluk Bangsri sampai dengan sekitar muara sungai Nippon (Desa Sawojajar dan Kaliwlingi) baik untuk pengembangan konservasi tanaman bakau (mangrove) yang dapat berfungsi untuk pemulihan daya dukung lingkungan, sedangkan wilayah pantai bagian timur mulai sebelah timur sungai kamal sampai dengan Pantai Randusanga Kulon sangat baik untuk dikembangkan menjadi Kawasan Pelabuhan Antarpulau maupun Kawasan Pariwisata Pantai.

Perairan daerah pantai bagian barat relatif dangkal, untuk mencapai kedalaman laut 5 meter berjarak lebih kurang 2.25 km dari garis pantai, sedang di perairan bagian timur, kedalaman laut 5 meter, berjarak lebih kurang 1,4 km. Makin kearah lepas pantai kedalaman laut berubah secara gradual (morfologi dasar lautnya landai) dengan pola garis kontur tidak lagi mengikuti bentuk garis pantainya.

Wilayah pesisir pantai Kabupaten Brebes yang mempunyai panjang pantai ± 72,93 km yang meliputi 14 desa di 5 kecamatan memiliki potensi yang tak ternilai bagi masyarakat. Perairan pantai tidak saja menjadi sumber pangan yang produktif, tetapi juga sebagai gudang mineral, alur pelayaran, tempat rekreasi dan juga sebagai tangki pencerna bahan buangan hasil kegiatan manusia. Besarnya sumber alam yang terkandung di dalamnya, hayati maupun non hayati serta aneka kegunaan yang bersifat ganda merupakan bukti yang tidak dapat disangkal, bahkan menjadi tumpuan harapan manusia dalam usahanya memenuhi kebutuhan pangan yang terus meningkat di masa mendatang.


C. Nama-nama sungai

Sebagai daerah yang mempunyai wilayah cukup luas yang terdiri dari pegunungan dan wilayah pantai, terdapat sungai-sungai yang mempunyai arus cukup deras terutama saat musim hujan. Aliran sungai yang melintas pada umumnya membentang dari arah dataran tinggi di wilayah selatan (daerah hulu), ke dataran rendah di wilayah utara (daerah hilir) menuju ke Laut Jawa yaitu:

    Sungai Kaligangsa
    Sungai Pemali
    Sungai Balaikambang
    Sungai Luwungmalang
    Sungai Bangsri
    Sungai Pakijangan
    Sungai Kluwut
    Sungai Babakan
    Sungai Buntiris
    Sungai Kebuyutan
    Sungai Sinung
    Sungai Tanjung
    Sungai Bancang
    Sungai Cisanggarung
    Sungai Cikeruh
    Sungai Erang
    Sungai Pedes
    Sungai Ciegelagah
    Sungai Cigunung
    Sungai Cilakart
    Sungai Ciraja
    Sungai Cigunung
    Sungai Rambatan


3. KEPEMERINTAHAN

A. Satuan kerja perangkat daerah

    Sekretariat Daerah
    Sekretariat DPRD
    Badan Perencana Pembangunan Daerah
    Inspektorat Daerah
    Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
    Badan Kepegawaian Daerah
    Dinas Pendidikan
    Dinas Perindustrian dan Perdagangan
    Dinas Perikanan dan Kelautan
    Dinas Pertanian, Tanaman Pangan dan Hortikultura
    Dinas Peternakan
    Dinas Kehutanan dan Perkebunan
    Dinas Pariwisata, Kebudayaan,Pemuda dan Olah Raga
    Dinas Perhubungan
    Dinas Kesehatan
    Dinas Sosial
    Dinas Kependudukan, Tenaga Kerja, dan Transmigrasi
    Kantor Pengolahan Data dan Kearsipan
    Kantor Informasi dan Kehumasan
    Kantor Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat
    Kantor Pemberdayaan Masyarakat Desa
    Dinas Koperasi dan UKM
    Kantor Lingkungan Hidup

B. DAFTAR BUPATI DARI MASA KE MASA

No Nama MASA JABATAN
1 Tumenggung Arya Suralaya 1678 1683
2 Tumenggung Pusponegoro I ---- ----
3 Tumenggung Pusponegoro II 1683 1809
4 Tumenggung Pusponegoro III ---- ----
5 Kanjeng Adipati Ariya Singasari Panatayuda I (Sura) 1809 1836
6 Kanjeng Adipati Ariya Singasari Panatayuda II (Karta) 1836 1856
7 Kanjeng Adipati Ariya Singasari Panatayuda III (Sarya) 1856 1876
8 Raden Tumenggung Cakra Atmaja 1876 1880
9 Raden Mas Adipati Ariya Cakranegara I 1880 1885
10 Raden Mas Tumenggung Sumitra, kemudian berganti nama 1885 1907
11 Raden Mas Martanam (Sawergi III) 1907 1929
12 Kanjeng Raden Tumengung Mas Ariya Purnama Hadiningrat 1920 1929
13 Raden Sajikun 1929 1929
14 Raden Adipati Ariya Sutirta Pringga Haditirta 1931 1942
15 Raden Sunarya 1942 1945
16 Sarimin Reksadiharja 1945 1946
17 K.H. Syatori 1946 1947
18 Raden Awal 1947 1947
19 Agus Miftah 1947 1948
20 Raden Sumarna 1948 1950
21 Mas Slamet 1950 1956
22 Raden Mardjaban 1956 1966
23 Raden Haji Sartono Gondosoewandito, S.H. 1967 1979
24 H. Syafrul Supardi (Kolonel) 1979 1989
25 H. Hardono (Kol. CZI) 1989 1994
26 H. Syamsudin Sagiman 1994 1999
27 H. Mohammad Tadjudin Noor Aly 1999 2001
28 Drs. H. Tri Harjono (PLTH) 2001 2002
29 H. Indra Kusuma, S.Sos. 2002 2010
30 H. Agung Widiyantoro, S.H., M.Si. 2011 2012
31 Hj. Idza Priyanti, A.Md., S.E. 2012 2016


TULISAN INI MASIH DALAM PROSES .....











bagikan Artikel ini melalui :

Tidak ada komentar